Alam semesta. Credit: google
"Pemuaian Alam Semesta dipercepat, sekarang pertanyaan untuk dimengerti adalah mengapa", Paul Hertz, seorang peneliti NASA berkomentar. "Sampai kami mengerti perihal energi gelap, mungkin ada hipotesa berbeda mengenai masa depan Alam Semesta", tambahnya.
Skenario sementara
Ada tiga skenario berlaku, tergantung densitas energi gelap. Apabila densitas tetap konstan, akselerasi pemuaian akan berlanjut dan "dalam waktu hanya 100 milliar tahun, walaupun langit berpopulasi milliaran yang tampak melalui teleskop galaksi akan menunjukkan tidak lebih dari beberapa ratus, menjadi tempat yang terpencil", Mr. Hertz memperkirakan.
Dengan kata lain, apabila densitas menurun, "pemuaian akan diperlambat ke titik di mana Alam Semesta akan runtuh sekali lagi sebelum pembasmian keseluruhan", atau kemungkinan, sebelum Big Bang baru.
Pilihan ke tiga adalah meningkatkan densitas energi gelap, yang akan memicu pada "kerusakan atom yang tersusun dari seluruh zat", lanjutnya.
Ketidakpastian dan Faktor-faktor yang tidak diketahui
"Energi gelap mendominasi Alam Semesta dan akan mendominasi Alam Semesta di masa depan", tegas Profesor Allen. Baginya, teori formula dari Albert “Einstein mengenai densitas konstan energi gelap muncul dalam bentuk yang bagus” bagi para peneliti. Namun” selama kita tidak memiliki pengetahuan mengenai kecepatan kosmik dan sifat asli energi gelap, kita tidak akan dapat memprediksikan densitas Alam Semesta”, singkat Michel Turner, seorang peneliti independen dari Universitas Chicago dan seorang anggota lokal American Foundation of Science.
Para peneliti memperkirakan bahwa alam semesta terkomposisi dari 75% energi gelap, 21% zat gelap dan hanya 4% zat normal yang dikenal sebagai bumi.
Para ilmuwan mempelajari 26 kelompok galaksi yang berjarak satu hingga delapan milliard tahun cahaya jauhnya, dari waktu perlambatan gerak Alam Semesta setelah Big Bang hingga awal percepatan Alam Semesta dikarenakan dampak energi gelap.
Haruskah diubah ?
Beberapa peneliti mengusulkan untuk mengubah contoh agar dapat memahami lebih baik pemuaian Alam Semesta ini. Dengan demikian, Israeli Mordehai Milgrom memperkirakan bahwa zat gelap adalah sebuah gagasan yang tak masuk akal dan bahwa dapat bekerja tanpanya hanya dengan mengubah hukum gravitasi Newton.
Ilmuwan lainnya, Georgi Dvali, ahli ilmu fisika Universitas New York, berpikir bahwa percepatan pemuaian Alam Semesta bukan hasil dari dampak energi gelap, namun dikarenakan pelepasan gaya berat Alam Semesta, dan menuju dimensi lain.
Yang lain memaksa bahwa hal ini mungkin dapat dipecahkan apabila bentuk Alam Semesta tunggal diabaikan dan menyokong gagasan berbagai tingkat Alam Semesta, dimana termasuk semua kemungkinan dari keberadaan realitas. (Sumber: theepochtimes.com)
0 komentar:
Posting Komentar