"Akan tetapi kami belum menemukan satu bintang yang termasuk dalam kateogri bom waktu tersebut," ungkap astrofisika, Rosanne Di Stefano. Jenis supernova yang sedang diteliti oleh Rosanne adalah supernova la yang akan terjadi jika bintang kerdil tidak lagi stabil. Sebenarnya, massa dari bintang kerdil yang disebut massa Chandrasekhar, tidak cukup untuk menciptakan supernova, namun ada dua hal yang dapat membuat ledakan besar itu tercipta, yaitu sumbangan gas dari bintang lain dan fusi dari dua bintang kerdil.
Rosanne mengatakan bahwa putaran dari bintang kerdil mungkin dapat memcahkan teka-teki. Proses rotasi ke atas dan ke bawah akan menunda waktu peledakan. Akan tetapi, saat rotasi melambat, maka gravitasi akan mengakibatkan terciptanya ledakan tersebut. "Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rotasi sebuah bintang kerdil," kata Rosanne. Proses rotasi dapat menambah waktu untuk "bom" tersebut. Hal ini akan memungkinkan bintang lain berkembang menjadi bintang kerdil.
Di galaksi ini, peneliti memperkirakan supernova la terjadi tiga kali tiap seribu tahun. Jika bintang kerdil membutuhkan jutaan tahun untuk meledak, maka akan ada puluhan pra-ledakan dalam beberapa ribu tahun cahaya dari Bumi.
"Sampai sekarang kami hanya tahu bintang kerdil dengan massa Chandrasekhar dan kami belum menemukan massa super Chandrasekhar, akan tetapi kami akan memburu mereka," tambah Rasmus Voss dari Radboud University Nijmegen, Belanda.
(Science Daily, Nationalgeographic.co.id)